Ku tulis ini saat ku mengikuti lomba menulis di IPB. Walaupun tak dapat juara ya setidaknya ku sudah mencoba. Selamat membaca tulisanku yang jauh dari kata sempurna :)
Aku duduk terdiam
sendiri di sini. Menikmati indahnya kehidupan ini. Di sebuah gubuk sawah yang
sedikit reyot ini, hanya di sinilah aku bisa melupakan sejenak semua masalah
yang kurasakan. Di tempat ini aku merasa lebih tenang dan nyaman. Gubuk sawah
ini bukan milik ayahku tapi milik orang lain. Aku menemukan gubuk sawah ini
tidak sengaja. Waktu itu, aku lagi jalan-jalan
sendirian di sawah. Mencari-cari tempat yang nyaman untuk menenangkan pikiran.
Di sini pemandangannya sungguh luar biasa indah. Sejauh mata memandang, mataku dimanjakan
oleh hamparan tanaman padi, jagung, bawang merah, tebu, dan masih banyak
lainnya. Di sini aku juga bisa melihat para petani yang bekerja keras dan aku
juga bisa melihat Gunung Muria dengan jelas. Semilir angin yang menerpa tubuhku
membuatku lebih nyaman di sini. Apalagi kalau dinikmati saat senja, mungkin
pemandangan itu akan terasa lebih sempurna. Terkadang saat aku keasyikan
menikmati keindahan di persawahan ini, sampai-sampai aku tertidur lelap di gubuk
sawah ini. Ingin rasanya aku membangun sebuah istana di daerah ini, agar aku
bisa menikmati keindahan persawahan ini setiap hari. Mataharipun tenggelam dan
inilah waktunya aku pulang.
Aku dilahirkan
di keluarga yang sangatlah sederhana. Walaupun sederhana dan tidak bergelimang
harta tapi aku sangatlah bahagia berada di keluarga ini. Karena apa? Karena ada
ayah dan bundaku yang selalu memberi kasih sayang kepadaku. Hal yang paling
menyenangkan dari keluargaku itu adalah saat makan. Kebiasaan unik di keluargaku
adalah selalu makan bersama. Entah itu sarapan, makan siang, maupun makan
malam. Walaupun lauknya sangatlah sederhana tapi kalau dimakan bersama-sama
akan terasa luar biasa enaknya. Aku sangatlah bahagia dan bersyukur mempunyai
keluarga seperti ini. Ayahku berprofesi sebagai petani. Setiap hari, ayahku
selalu pergi ke sawah. Bekerja keras mencari sesuap nasi untuk dimakan
keluarga. Sedangkan bundaku berprofesi sabagai buruh industri batik di desaku.
Di desaku terkenal dengan kerajinan batiknya. Hasil kerajinan batik di desaku
sudah terkenal sampai keluar kota. Aku nggak malu punya ayah seorang petani dan
bunda seorang buruh. Justru aku malah bangga punya ayah seperti itu. Karena
apa? Karena dari semua itulah aku bisa belajar dari mereka tentang bekerja
keras, semangat hidup, dan pantang menyerah.
Dulu ada temanku
yang mengejekku karena profesi orang tuaku. Dan aku hanya bisa berkata dengan
lantang “kalau nggak ada petani negara mau makan apa !!!”. Seketika itu juga
teman-temanku terdiam karena mendengar perkataanku itu. Banyak orang yang
menganggap profesi petani adalah pekerjaan yang sepele. Padahal, petani sudah
bekerja keras memproduksi bahan pangan untuk dikonsumsi banyak orang. Oleh
karena itu, saat aku makan aku tidak pernah menyisakan sedikitpun makanan di
piringku. Bukannya aku rakus, tapi aku hanya ingin menghargai jerih payah para
petani tersebut.
Ada pepatah yang
mengatakan bahwa buah jatuh tak jauh
dari pohonnya. Mungkin pepatah itu memang benar, suatu saat nanti aku juga
ingin menjadi petani seperti ayahku. Jika aku ditakdirkan menjadi petani, aku
tidak akan malu ataupun minder. Justru aku akan sangat bangga karena petani itu
adalah pekerjaan yang mulia dibandingkan dengan pejabat yang terus-menerus
menggerogoti uang rakyat tanpa memperdulikan nasib rakyat kecil. Tentunya aku
tidak ingin seperti mereka. Lebih baik aku menjadi rakyat kecil yang tidak
menyusahkan orang lain dari pada menjadi pejabat yang tidak bertanggung-jawab.
Indonesia
terkenal sebagai negara agraris yang cukup besar di dunia. Sayangnya, belum ada
penanganan yang optimal dari bangsa ini. Oleh karena itu, aku ingin menjadi
petani yang dapat membawa nama Indonesia ke kancah dunia dalam sektor
pertanian. Aku ingin supaya bangsa ini tidak lagi mengimpor bahan pangan dari
luar negeri lagi. Aku ingin produksi buah dan sayur dalam negeri dapat merajai
pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Petani yang aku
inginkan bukanlah seperti petani pada umumnya. Aku ingin menjadi petani modern.
Petani yang paham betul akan teknologi, modernisasi, dan globalisasi. Bila
keinginanku tersebut sudah terwujud, aku akan membantu para petani lain untuk
merubah system pertanian yang semula biasa-biasa saja ke arah modern, supaya
mereka juga lebih siap menghadapi tantangan globalisasi dan modernisasi.
Untuk mewujudkan
impianku itu, aku ingin melanjutkan sekolah di perguruan tinggi yang mempunyai
jurusan pertanian terbaik di Indonesia. Dan aku telah menetapkan Institut
Pertanian Bogor sebagai prioritas utamaku. Maka dari itu, aku akan balajar
dengan rajin agar aku bisa diterima di IPB. Aku yakin dan percaya bahwa IPB
dapat membantu aku meraih impianku yang mulia tersebut.
Semenjak aku
tahu bahwa Bapak SBY adalah alumnus dari IPB, aku semakin mantap akan
pendirianku untuk melanjutkan studiku di IPB. Aku ingin sekali menjadi orang
nomor satu seperti beliau, walaupun dalam bidang yang berbeda. Aku juga yakin
bahwa di luar sana masih banyak orang-orang terkemuka yang dulunya bersekolah
di IPB. Tidak menutup kemungkinan jikalau aku melanjutkan sekolah di sana, aku
akan menjadi sukses seperti mereka.
Orangtuaku
memberiku kebebasan untuk memilih universitas yang aku suka. Pada waktu aku
menentukan pilihanku di IPB, orangtuaku sangat mendukungku. Aku ingin suatu
saat nanti aku bisa membuat kedua orangtuaku bangga kepadaku. Selama ini aku
belum bisa membanggakan orangtuaku, aku hanya bisa menyusahkan mereka.
Sebenarnya, tujuan utama dalam hidupku adalah mengangkat harkat dan martabat
keluargaku. Aku ingin mengangkat strata keluargaku supaya kami tidak lagi
dipandang rendah oleh orang lain.
Mulai sekarang
aku akan berusaha keras melakukan yang terbaik, tetap semangat dalam menjalani
kehidupan ini dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi cobaan hidup. Aku yakin
suatu saat nanti usaha kerasku akan berbuah manis.
”Tuhan, aku
tidak meminta banyak dari-Mu. Aku hanya ingin secuil keinginanku ini bisa
menjadi kenyataan. Mudahkanlah jalanku untuk bisa membuat kedua orangtuaku
bahagia dan bangga kepadaku”
0 comments:
Post a Comment