Friday, September 14, 2012

Secuil Keinginanku


Ku tulis ini saat ku mengikuti lomba menulis di IPB. Walaupun tak dapat juara ya setidaknya ku sudah mencoba. Selamat membaca tulisanku yang jauh dari kata sempurna :) 

Aku duduk terdiam sendiri di sini. Menikmati indahnya kehidupan ini. Di sebuah gubuk sawah yang sedikit reyot ini, hanya di sinilah aku bisa melupakan sejenak semua masalah yang kurasakan. Di tempat ini aku merasa lebih tenang dan nyaman. Gubuk sawah ini bukan milik ayahku tapi milik orang lain. Aku menemukan gubuk sawah ini tidak sengaja. Waktu itu, aku lagi jalan-jalan  sendirian di sawah. Mencari-cari tempat yang nyaman untuk menenangkan pikiran. Di sini pemandangannya sungguh luar biasa indah. Sejauh mata memandang, mataku dimanjakan oleh hamparan tanaman padi, jagung, bawang merah, tebu, dan masih banyak lainnya. Di sini aku juga bisa melihat para petani yang bekerja keras dan aku juga bisa melihat Gunung Muria dengan jelas. Semilir angin yang menerpa tubuhku membuatku lebih nyaman di sini. Apalagi kalau dinikmati saat senja, mungkin pemandangan itu akan terasa lebih sempurna. Terkadang saat aku keasyikan menikmati keindahan di persawahan ini, sampai-sampai aku tertidur lelap di gubuk sawah ini. Ingin rasanya aku membangun sebuah istana di daerah ini, agar aku bisa menikmati keindahan persawahan ini setiap hari. Mataharipun tenggelam dan inilah waktunya aku pulang.
Aku dilahirkan di keluarga yang sangatlah sederhana. Walaupun sederhana dan tidak bergelimang harta tapi aku sangatlah bahagia berada di keluarga ini. Karena apa? Karena ada ayah dan bundaku yang selalu memberi kasih sayang kepadaku. Hal yang paling menyenangkan dari keluargaku itu adalah saat makan. Kebiasaan unik di keluargaku adalah selalu makan bersama. Entah itu sarapan, makan siang, maupun makan malam. Walaupun lauknya sangatlah sederhana tapi kalau dimakan bersama-sama akan terasa luar biasa enaknya. Aku sangatlah bahagia dan bersyukur mempunyai keluarga seperti ini. Ayahku berprofesi sebagai petani. Setiap hari, ayahku selalu pergi ke sawah. Bekerja keras mencari sesuap nasi untuk dimakan keluarga. Sedangkan bundaku berprofesi sabagai buruh industri batik di desaku. Di desaku terkenal dengan kerajinan batiknya. Hasil kerajinan batik di desaku sudah terkenal sampai keluar kota. Aku nggak malu punya ayah seorang petani dan bunda seorang buruh. Justru aku malah bangga punya ayah seperti itu. Karena apa? Karena dari semua itulah aku bisa belajar dari mereka tentang bekerja keras, semangat hidup, dan pantang menyerah.
Dulu ada temanku yang mengejekku karena profesi orang tuaku. Dan aku hanya bisa berkata dengan lantang “kalau nggak ada petani negara mau makan apa !!!”. Seketika itu juga teman-temanku terdiam karena mendengar perkataanku itu. Banyak orang yang menganggap profesi petani adalah pekerjaan yang sepele. Padahal, petani sudah bekerja keras memproduksi bahan pangan untuk dikonsumsi banyak orang. Oleh karena itu, saat aku makan aku tidak pernah menyisakan sedikitpun makanan di piringku. Bukannya aku rakus, tapi aku hanya ingin menghargai jerih payah para petani tersebut.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa buah  jatuh tak jauh dari pohonnya. Mungkin pepatah itu memang benar, suatu saat nanti aku juga ingin menjadi petani seperti ayahku. Jika aku ditakdirkan menjadi petani, aku tidak akan malu ataupun minder. Justru aku akan sangat bangga karena petani itu adalah pekerjaan yang mulia dibandingkan dengan pejabat yang terus-menerus menggerogoti uang rakyat tanpa memperdulikan nasib rakyat kecil. Tentunya aku tidak ingin seperti mereka. Lebih baik aku menjadi rakyat kecil yang tidak menyusahkan orang lain dari pada menjadi pejabat yang tidak bertanggung-jawab.
Indonesia terkenal sebagai negara agraris yang cukup besar di dunia. Sayangnya, belum ada penanganan yang optimal dari bangsa ini. Oleh karena itu, aku ingin menjadi petani yang dapat membawa nama Indonesia ke kancah dunia dalam sektor pertanian. Aku ingin supaya bangsa ini tidak lagi mengimpor bahan pangan dari luar negeri lagi. Aku ingin produksi buah dan sayur dalam negeri dapat merajai pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Petani yang aku inginkan bukanlah seperti petani pada umumnya. Aku ingin menjadi petani modern. Petani yang paham betul akan teknologi, modernisasi, dan globalisasi. Bila keinginanku tersebut sudah terwujud, aku akan membantu para petani lain untuk merubah system pertanian yang semula biasa-biasa saja ke arah modern, supaya mereka juga lebih siap menghadapi tantangan globalisasi dan modernisasi.
Untuk mewujudkan impianku itu, aku ingin melanjutkan sekolah di perguruan tinggi yang mempunyai jurusan pertanian terbaik di Indonesia. Dan aku telah menetapkan Institut Pertanian Bogor sebagai prioritas utamaku. Maka dari itu, aku akan balajar dengan rajin agar aku bisa diterima di IPB. Aku yakin dan percaya bahwa IPB dapat membantu aku meraih impianku yang mulia tersebut.
Semenjak aku tahu bahwa Bapak SBY adalah alumnus dari IPB, aku semakin mantap akan pendirianku untuk melanjutkan studiku di IPB. Aku ingin sekali menjadi orang nomor satu seperti beliau, walaupun dalam bidang yang berbeda. Aku juga yakin bahwa di luar sana masih banyak orang-orang terkemuka yang dulunya bersekolah di IPB. Tidak menutup kemungkinan jikalau aku melanjutkan sekolah di sana, aku akan menjadi sukses seperti mereka.
Orangtuaku memberiku kebebasan untuk memilih universitas yang aku suka. Pada waktu aku menentukan pilihanku di IPB, orangtuaku sangat mendukungku. Aku ingin suatu saat nanti aku bisa membuat kedua orangtuaku bangga kepadaku. Selama ini aku belum bisa membanggakan orangtuaku, aku hanya bisa menyusahkan mereka. Sebenarnya, tujuan utama dalam hidupku adalah mengangkat harkat dan martabat keluargaku. Aku ingin mengangkat strata keluargaku supaya kami tidak lagi dipandang rendah oleh orang lain.
Mulai sekarang aku akan berusaha keras melakukan yang terbaik, tetap semangat dalam menjalani kehidupan ini dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi cobaan hidup. Aku yakin suatu saat nanti usaha kerasku akan berbuah manis.
”Tuhan, aku tidak meminta banyak dari-Mu. Aku hanya ingin secuil keinginanku ini bisa menjadi kenyataan. Mudahkanlah jalanku untuk bisa membuat kedua orangtuaku bahagia dan bangga kepadaku”
Share:

0 comments:

Post a Comment